Selasa, 17 September 2013

KISAH-KISAH ASRAMA SPG Kristen Kuranga Tomohon 10-12

KISAH-KISAH ASRAMA 
SPG Kristen Kuranga Tomohon
oleh : Arie Tulus


10. TANGAN
      TANGAN GATAL


          Belum pernah terjadi pada setiap kali akan makan bersama di ruang makan, baik pagi siang atau malam, ada seseorang yang diberi tugas membawakan doa cuma berkata begini; “Teman-teman sekalian, sebelum kita makan mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing”. Atau berdoa tidak berkata-kata banyak, cuma diam sejenak seperti orang mengheningkan cipta. Atau begitu bilang mari kita berdoa langsung amin saja, diikuti goyang leper. Belum pernah.
Sepanjang sejarah asrama sekolah guru ini hidup, sesungguhnya memang belum pernah terjadi cara-cara seperti itu. Sekalipun ada juga seorang murid yang tidak seiman datang bersekolah dan tinggal di asrama, sikap berdoa bagi pendoa tidak ada bedanya dengan cara-cara orang kristen lainnya berdoa.
Seperti doa-doa yang dipanjatkan pada sebuah acara ucapan syukur, acara pesta pribadi, keluarga atau pada selesai melakukan upacara  bendera  di sekolah,  di kantor   swasta dan  pemerintah,  sudah menjadi kebiasaan doa-doa yang dimaksud mesti panjang-panjang dan lebar-lebar. Tidak lebih, tidak kurang pada intinya sebagai daftar permintaan bantuan yang  dapat Tuhan lakukan.
Seperti doa makan bersama malam itu,  mesti  juga berisi permintaaan restu dan berkat tentang rencana-rencana ke depan, tentang kesehatan, tentang keberhasilan yang ingin di raih, tentang keamanan, tentang sesama bahkan orang tua yang tengah berusaha banting tulang, sampai pada akhirnya minta berkat melimpah, ampuni dosa yang segaja maupun tidak sengaja dibuat, ampuni mereka yang berbuat jahat, saling mengampuni masing-masing, di tutup dalam nama Tuhan Yesus, Amin.
          Begitu amin, astaga...ikan-ikan yang ada di gundukan nasi hilang terbang begitu cepatnya. Dan yang tersisa tentunya tinggal leper, piring, nasi bersama sayuran.
          Kejadian ini bukan cuma sekali, tapi sudah berulang-ulang terjadi di lokasi yang berbeda. Memang ada mata yang melihat tangan-tangan  itu bergerak dengan cepat. Tapi tak ada yang mau buka mulut karena menyadari mereka perlu diampunni dalam setiap doa. 
Sudah tentu sipemilik ikan yang mengalami cobaan iman itu, rasa-rasanya tak bernafsu lagi untuk menghabiskan nasi dan sayuran itu, karena ikan sudah menjadi pembangkit selera lidah dan gigi-gigi pada setiap kali rasa lapar itu datang.
           Untuk menjaga agar supaya ikan yang ada di piring masing-masing tetap utuh sampai selama-lamanya amin, sepanjang doa makan  itu masih  mengalir,   ada juga yang kelihatannya berdoa, padahal kedua bola matanya tidak tertutup seluruhnya karena mengawasi tangan-tangan gatal itu.
Tapi, ada satu cara yang  paling ampuh untuk menangkal musibah ini.          Ketika berdoa, kedua tangan tak mesti di julurkan ke bawah, akan tetapi mesti di taruh tepat berada di atas piring membetuk penutup agar supaya lalar-lalar itupun tidak sempat batera atau bateto pa pangana pe ikang.//
  -----

     
11. ITO’


Apa benar tanda tangan Ito’ begitu mahal dan sangat berharga bagi setiap penghuni asrama? Jawabannya benar. Apa sebab ? Karena sudah menjadi satu-satunya pasal yang wajib diperoleh pada setiap kali ada penghuni asrama punya niat untuk pulkam  alias pulang kampung.
Mengapa mesti tanda tangan Ito’, bukan tanda tangan Om buang, atau Om Yahya ? Karena Ito’ punya wewenang satu-satunya sebagai orang yang diberi kepercayaan selain kepala sekolah, ia juga bertindak sebagai pengawas asrama. Benar atau salah jawaban ini? Pasti ada kebenarannya.
Apakah begitu gampang ngana dapatkan tanda tangan Ito’ ketika surat izin itu di sodorkan padanya ? Ohohohoho, menurut pemandangan berdasarkan kenyataan yang membuktikan, hehehe. Ito’ tidak secepat kilat memberi tanda tangannya.
Apa alasannya ? Ha.., so itu kwak ngana.  Ngana  kira,  ngana  nya’  mo  dapa  interogasi ?
Sejumlah pertanyaan bertubi-tubi akan berhadapan deng ngana.
Apa memang butul-butul ngana mo pulang pa ngana pe kampung ? Ato cuma mo trus pa tamang pe kampung ? Ato cuma mo pi baku dapa deng itu tamang bae di kampung ? Ato cuma mo pi beking susah di kampung?
He... tamang,  Ito’ itu kasiang ngana blum lahir so jadi guru. So deng taong makang garam tamba paser, belajar berbagai karakter orang.  
Sekali lagi, jangan harap Ito’ akan langsung secepat itu menandatangani setiap surat isin yang disodorkan padanya. Karena ini menyangkut tanggung jawab yang tidak sembarangan.
Sudah dijemput ortupun jika tidak ada alasan tepat yang benar-benar masuk akal, jangan harap. Ada beberapa kawan putri sampe manangis di asrama karna Ito’ nya’ kase izin. Apalagi waktu itu malam minggu katu’ kang ?
Yang jelas hanya kepada mereka yang memang sudah berbulan-bulan menunggak masalah biaya sekolah maupun biaya makan tidur di asrama,  begitu  mulusnya  mereka  dapat tanda tangan Ito’. Begitu juga dengan mereka yang punya alasan kedukaan atau pergi ambil beras sebagai satu kewajiban yang mesti di setor ke dalam  gudang   beras, so  pasti-pasti akan diijinkan pulkam. Mar, ngoni tahu stau kang? Ada juga penghuni yang begitu berani pulang secara diam-diam.
Jika apel sore yang bersangkutan tidak kelihatan di mata Ito’, sudah pasti ada titipan pesan kepada kawan sebilik jangan sampai Ito’ tahu. Bilang saja ada jalan sore-sore menuju bukit inspirasi belum pulang asrama.
Atau bilang saja sama Ito’ tidak tahu, nanti yang bersangkutan saja pertanggung jawabkan sendiri kenekatannya, bagaimana ia pulang kampung bermodalkan tanda tangan Ito’ yang palsu. Astaga...?//

 -----------


12. ASMARA ASRAMA
      YANG KANDAS

         
          Yang namanya berkasih-kasihan, seperti memberi gula-gula, kukis pada teman-teman, itu pemandangan biasa yang sudah ada pada mereka yang punya kadar jiwa sosial tinggi. Apalagi tanpa diminta mereka sudah melakukannya dengan senang hati. 
Yang namanya ikut membantu bikin alat praga persiapan untuk praktek mengajar pada teman-teman yang membutuhkannya, itu juga masih tergolong biasa, apalagi ada honornya.
Yang terasa luar biasa di asrama ini apabila sudah ada yang berkasih-kasihan saling membantu, saling memperhatikan bersama seorang kekasih.
Ada semacam satu semangat dan gairah hidup untuk terus belajar, disamping ikut saling menjaga dan mengawasi satu sama lain. Sudah tentu hal ini bisa terjadi pada mereka yang melakukan hubungan asmara di asrama ini, bukan hanya sekedar percintaan di samping asrama, atau berpegang tangan sejenak di depan pintu bilik yang sedikit lagi akan di tutup ?
      Bukan pula hanya sekedar berciuman di belakang pintu. Dan  berbagai  gaya percintaaan monyet yang dilakukan tuama-tuama bersama wewene-wewene lain di asrama ini, yang pada dasarnya cuma ingin mendapatkan kesempatan sebagai sebuah pemenuhan hidup dalam rangka saja. Sementara salah satu diantaranya menjalin hubungan cinta dengan kekasih hatinya yang ada di kampung. Tapi bercinta demi mengejar dan meraih kesuksesan dalam belajar untuk bisa naik kelas atau lulus ujian akhir.
Begitulah suasana hati yang di rasakan R ketika membina hubungan asmara dengan D. Dua tiga bulan berjalan tak ada perasaan curiga satu sama lain, justru setiap hari lebih menciptakan sebuah kepercayaan yang takkan goyah.
Pada buku-buku tulis masing-masing, pada tangan, meja, kursi, bahkan di papan-papan tempat tidur terlukis dengan jelas nama mereka berdua dalam satu bingkai yang bergambar panah dan hati.
“R..,besok kita mo pulang kampung”, kata D senja itu. Ada perasaan kecewa ketika D mau pulang karena malam minggu, malam panjang. Sebuah malam yang tidak seperti malam hari-hari biasa yang mesti di isi dengan belajar belajar dan belajar. Tapi malam minggu adalah malam rekreasi. Dimana semua penghuni mesti ikut ambil bagian di dalamnya.
Adakalanya malam minggu terisi acara pementasan drama yang di sutradarai Joppy Prang sekaligus penulis naskahnya. Juga karya drama dari sang sutradara senior Johny Rondonuwu. Makanya boleh juga dibayangkan seperti apa suasana hati ketika kekasihmu pulang kampung pada malam minggu. Pasti hati terasa kering.
Begitu keluh R ketika rekreasi sementara bergulir. Ia tampaknya tidak bersemangat sekalipun lagu-lagu yang dinyanyikan itu bernuansa kegembiraan seperti lagu di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang.
   Kemuraman hatinya bertambah ketika hari sabtu minggu berikutnya, D kembali lagi pulang kampung dengan alasan ada urusan keluarga. Apalagi di jemput oleh seseorang yang tampaknya telah akrab dengan keluarganya.
    Rasa cinta yang begitu dalam sedalam lobang gunung Soputan kini mulai rapuh keberadaannya. Rasa curiga pada  hati D yang tidak lagi utuh semakin membengkak ketika kawan-kawan ikut membakar perasaan R.
     ”Ngana kwa cuma ta io io, ngana nentau begitu lulus D so ada yang mokaweng !” Oina’ mate. Rasa-rasanya jantung R akan lepas ketika mendengar pernyataan ini. Sebuah pernyataan yang sebenarnya jauh dari alam pikiran dan perasaannya.    Karena sesungguhnya telah ada satu kesepakatan bagi R dan D, begitu lulus mereka bisa terus kuliah sama-sama hingga jadi sarjana sama-sama.
”R...for apa le ngana mo tabingo-bingo deng dia. Masih lebe bae ngana lia hari eso. He...ngana tau, masi banya wewene yang suka pa ngana, jang ngana bamabo, for apa ?”.
Sebuah wejangan yang arif dari seorang kawan sebilik dengan R ketika ikut menasihatinya selesai rekreasi.
          Keyakinan R terhadap D yang cuma menjadikannya penolong sementara waktu di saat-saat ujian praktek mengajar, menjadi bukti yang tak bisa diragukan lagi ketika penerimaan ijazah, D mendapat kunjungan spesial  dari tuama yang ternyata sudah lama menjalin kasih di kampung halamannya.//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar