Rabu, 09 Oktober 2013

Kisah-Kisah Asrama SPG Kristen Kuranga Tomohon Bagian 10 - 11 Oleh Arie Tulus

Tampak sebagian dari  penghuni asrama belajar bersama sebelum tidur malam.  Suasana seperti ini tak ada bedanya dengan suasana ketika makan bersama pagi, siang atau malam hari. (Gambar Ilustrasi Arie Tulus)

10. TANGAN
      TANGAN GATAL


          Belum pernah terjadi pada setiap kali akan makan bersama di ruang makan, baik pagi siang atau malam, ada seseorang yang diberi tugas membawakan doa cuma berkata begini; “Teman-teman sekalian, sebelum kita makan mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing”. Atau berdoa tidak berkata-kata banyak, cuma diam sejenak seperti orang mengheningkan cipta. Atau begitu bilang mari kita berdoa langsung amin saja, diikuti goyang leper. Belum pernah.
Sepanjang sejarah asrama sekolah guru ini hidup, sesungguhnya memang belum pernah terjadi cara-cara seperti itu. Sekalipun ada juga seorang murid yang tidak seiman datang bersekolah dan tinggal di asrama, sikap berdoa bagi pendoa tidak ada bedanya dengan cara-cara orang kristen lainnya berdoa.
Seperti doa-doa yang dipanjatkan pada sebuah acara ucapan syukur, acara pesta pribadi, keluarga atau pada selesai melakukan upacara  bendera  di sekolah,  di kantor   swasta  dan  pemerintah,  sudah menjadi kebiasaan doa-doa yang dimaksud mesti panjang-panjang dan lebar-lebar. Tidak lebih, tidak kurang pada intinya sebagai daftar permintaan bantuan yang  dapat Tuhan lakukan.
Seperti doa makan bersama malam itu,  mesti  juga berisi permintaaan restu dan berkat tentang rencana-rencana ke depan, tentang kesehatan, tentang keberhasilan yang ingin di raih, tentang keamanan, tentang sesama bahkan orang tua yang tengah berusaha banting tulang, sampai pada akhirnya minta berkat melimpah, ampuni dosa yang segaja maupun tidak sengaja dibuat, ampuni mereka yang berbuat jahat, saling mengampuni masing-masing, di tutup dalam nama Tuhan Yesus, Amin.
          Begitu amin, astaga...ikan-ikan yang ada di gundukan nasi hilang terbang begitu cepatnya. Dan yang tersisa tentunya tinggal leper, piring, nasi bersama sayuran.
          Kejadian ini bukan cuma sekali, tapi sudah berulang-ulang terjadi di lokasi yang berbeda. Memang ada mata yang melihat tangan-tangan  itu bergerak dengan cepat. Tapi tak ada yang mau buka mulut karena menyadari mereka perlu diampunni dalam setiap doa. 
     Sudah tentu sipemilik ikan yang mengalami cobaan iman itu, rasa-rasanya tak bernafsu lagi untuk menghabiskan nasi dan sayuran itu, karena ikan sudah menjadi pembangkit selera lidah dan gigi-gigi pada setiap kali rasa lapar itu datang.
       Untuk menjaga agar supaya ikan yang ada di piring masing-masing tetap utuh sampai selama-lamanya amin, sepanjang doa makan  itu masih  mengalir,   ada juga yang kelihatannya berdoa, padahal kedua bola matanya tidak tertutup seluruhnya karena mengawasi tangan-tangan gatal itu.
Tapi, ada satu cara yang  paling ampuh untuk menangkal musibah ini.  Ketika berdoa, kedua tangan tak mesti di julurkan ke bawah, akan tetapi mesti di taruh tepat berada di atas piring membetuk penutup agar supaya lalar-lalar itupun tidak sempat batera atau bateto pa pangana pe ikang.


11. TANDA TANGAN
      ITO’


Apa benar tanda tangan Ito’ begitu mahal dan sangat berharga bagi setiap penghuni asrama? Jawabannya benar. Apa sebab ? Karena sudah menjadi satu-satunya pasal yang wajib diperoleh pada setiap kali ada penghuni asrama punya niat untuk pulkam  alias pulang kampung.
Mengapa mesti tanda tangan Ito’, bukan tanda tangan Om buang, atau Om Yahya ? Karena Ito’ punya wewenang satu-satunya sebagai orang yang diberi kepercayaan selain kepala sekolah, ia juga bertindak sebagai pengawas asrama. Benar atau salah jawaban ini? Pasti ada kebenarannya.
Apakah begitu gampang ngana dapatkan tanda tangan Ito’ ketika surat izin itu di sodorkan padanya ? Ohohohoho, menurut pemandangan berdasarkan kenyataan yang membuktikan, hehehe. Ito’ tidak secepat kilat memberi tanda tangannya.
Apa alasannya ? Ha.., so itu kwak ngana.  Ngana  kira,  ngana  nya’  mo  dapa  interogasi ? Sejumlah pertanyaan bertubi-tubi akan berhadapan deng ngana.
Apa memang butul-butul ngana mo pulang pa ngana pe kampung ? Ato cuma mo trus pa tamang pe kampung ? Ato cuma mo pi baku dapa deng itu tamang bae di kampung ? Ato cuma mo pi beking susah di kampung?
He... tamang,  Ito’ itu kasiang ngana blum lahir so jadi guru. So deng taong makang garam tamba paser, belajar berbagai karakter orang.  
Sekali lagi, jangan harap Ito’ akan langsung secepat itu menandatangani setiap surat isin yang disodorkan padanya. Karena ini menyangkut tanggung jawab yang tidak sembarangan.
Sudah dijemput ortupun jika tidak ada alasan tepat yang benar-benar masuk akal, jangan harap. Ada beberapa kawan putri sampe manangis di asrama karna Ito’ nya’ kase izin. Apalagi waktu itu malam minggu katu’ kang ?
Yang jelas hanya kepada mereka yang memang sudah berbulan-bulan menunggak masalah biaya sekolah maupun biaya makan tidur di asrama,  begitu  mulusnya  mereka  dapat tanda tangan Ito’. Begitu juga dengan mereka yang punya alasan kedukaan atau pergi ambil beras sebagai satu kewajiban yang mesti di setor ke dalam  gudang   beras, so  pasti-pasti akan diijinkan pulkam. Mar, ngoni tahu stau kang? Ada juga penghuni yang begitu berani pulang secara diam-diam.
Jika apel sore yang bersangkutan tidak kelihatan di mata Ito’, sudah pasti ada titipan pesan kepada kawan sebilik jangan sampai Ito’ tahu. Bilang saja ada jalan sore-sore menuju bukit inspirasi belum pulang asrama.
Atau bilang saja sama Ito’ tidak tahu, nanti yang bersangkutan saja pertanggung jawabkan sendiri kenekatannya, bagaimana ia pulang kampung bermodalkan tanda tangan Ito’ yang palsu. Astaga...?

 ------------------------------
Sumber :Buku Kisah-Kisah Asrama SPG Kristen Kuranga Tomohon
             Oleh Arie Tulus, di cetak dan diterbitkan oleh SAT (Sanggar Arts Tomohon) 2008



Tidak ada komentar:

Posting Komentar